Monday 25 April 2011

Wajah Bumi Kita


H
ari Bumi diperingati pada tanggal 22 April secara Internasional dan dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadapnya. Hal ini dicanangkan pertama kali oleh Senator Amerika Serikat Gaylord Nelson pada tahun 1970 seorang pengajar lingkungan hidup. Tanggal ini bertepatan pada musim semi di Northern Hemisphere (belahan bumi utara) dan musim gugur di belahan bumi selatan. Namun, PBB sendiri merayakan hari bumi pada 20 Maret dengan sebuah tradisi yang dicanangkan oleh aktivis perdamaian, John McConnell pada tahun 1969, adalah hari dimana matahari tepat diatas khatulistiwa yang sering disebut Ekuinoks Maret.

B
umi merupakan tempat manusia hidup mulai dari lahir, kecil hingga beranjak dewasa, sampai meninggal pun kita masih akan tetap berada dibumi. Namun apa yang terjadi? Bumi yang kita pijak kini menjadi semakin ekstrim dan liar dengan banyaknya teguran dalam bentuk bencana alam yang awalnya memang kesalahan manusia yang hanya mengeksploitasi secara besar-besaran dalam mengais keuntungan personal tanpa memberi feedback terhadap bumi itu sendiri. Tengok saja, pohon-pohon yang kini semakin kehilangan lahannya akibat pembabakaan liar, kebakaran hutan dan pembangunan gedung-gedung pencakar langit tanpa diimbangin tindakan dalam melakukan reboisasi, penghijauan dan sebagainya.

M
emang kita sebagai manusia sejak kecil sudah mengerti dan memahami dengan pasti bahwa bumi sangat penting untuk kelangsungan hidup kita, namun yang ada hanya pemahaman semata tanpa adanya realisasi kita berupa tindakan nyata. Jujur sebenarnya, inilah salah satu landasan dasar saya kurang sepakat dalam merayakan hari bumi yang hanya jatuh pada tanggal 22 April ini—pikirkan hanya satu hari. Itu pun masih adanya segelintir manusia yang masih egois dalam ikut berpartisipasi. Bagaimana jadinya jika mesti di rayakan setiap hari? Bisa kau bayangkan sendiri, pasti mereka merasa enggan.

M
emulainya dari hal terkecil, diri sendiri dan sekarang. Mungkin terdengar sebagai sebuah motto kecil—dan mungkin pula anda menganggap saya terlalu menguliahi anda tentang kebaikan. Itu terserah anda? Saya hanya berusaha menjaring teman yang ingin menjadi sahabat bumi.

W
alaupun kini wajahnya penuh dengan kerutan tajam, noda hitam dan tanda penuaan yang kini nyata semakin hari. Sudah sepatutnya lah kita merenungi segala tindakan kita terhadap tempat yang kita tinggali bertahun-tahun dan akan mewarisinya untuk anak cucu  kita—apa tindakan nyata yang telah kita lakukan untuk bumi tercinta kita? Jangan bilang tidak ada.

H
anya dengan membuang sampah pada tempatnya, menghemat BBM dan listrik, serta air—secara langsung kita sudah sedikit berpartisipasi untuk kelangsungan bumi. Jika kita selalu bertanya, “mengapa harus saya, toh banyak juga yang lain yang tidak peduli,” maka yang terjadi adalah suatu proses percepatan kerusakan akan bumi kita sebagai tempat tinggal.

J
adi Marilah kita melindungi bumi dari kerusakan mulai dari hal-hal terkecil, diri sendiri dan sekarang. Sehingga kita dapat mewariskan kelestariannya untuk anak cucu kita di akan datang, Kenalilah bumi mu , Lindungilah bumi mu dan jadilah sahabat bumi.

No comments: