Thursday 28 June 2012

Aku ingin menulis!



Aku ingin menulis! Kau tahu tentang apa?
Tentang sebuah cerita sederhana di ujung pena sayatanmu.
Yang pernah kau beri bertepatan di suatu malam gelap,
Dengan iringan cahaya kemerahan pelita yang usang
Sembari tersenyum, malu-malu tertunduk kau selipkan ia di saku.
Berangkat dari sana, ku coba tulis kisah ini diatas kertas.
Agar kelak hatimu senantiasa meliriknya.

Kau bertanya mengapa ku pilih kertas berdekatan dada kirimu.
Bukan karena ada hati di bilik rusukmu.
Biar mudah bagimu mengingat larik perlarik peristiwa itu.
menguntai perlahan kata demi kata, kau menghapalnya.
Dan kelak dirimu terenyuh dikala khilaf dan risau mendekat.

Aku ingin menulis! Namun hardikkan runcing penamu memecah.
Mencari ide disetubuhi di garisan hitam terkasih.
Maka berlalulalanglah sesibuk dijalan pemikiranku,
Dan mengalir pulalah bak air bermuara dihilir
Hingga ku genggam satu dengan kepalan,
Kemudian terlempar di putihnya barik, kau terangkai.
Di penghujung cerita, meski lelet di jam-jam padat.
Oleh sebuah kisah romantis tentang kita.
Menjelmalah sebagai pendamping setia untukku.

Makassar, 6/26/2012 11:40:46 AM

Wednesday 27 June 2012

Ku Duga-Duga Hitam Pekatmu



Rasanya sudah lama aku ingin menulis ini untukmu,sayang. Sebuah puisi sederhana yang ku ibaratkan jembatan antara jarak diantara kita. Semoga kau tahu perasaanku. Dan aku menunggumu tersandung kemudian berteriak: “aku pulang!” dengan senyuman.

Ku duga duga hitam pekatmu
Untuk nirwana
Aku merindu masa lampau jauh hari,
Ketika bayangmu bertautan meminta ditengok.
Pada rintihan yang sempat kau maki,
dilolongan anjing terbuang sore itu.
Sembari sesekali kutuk--mengutuk bersusulan tuk terkasih.
Meski diakhiri ujung tawa bahak yang bergemuruh riuh.

Aku berpikir pertemuan hanyalah cerita gantung tanpa jeda
seperti kapas-kapas putih di atas gerai kanvas biru yang lebar.
berarak perlahan,  sedikit dan merangkul diawal dan akhiran
hingga dipenghujung titik, sulit bagimu menebak kisahnya

itu dulu, dikala masa mengenalmu dahulu.
kini duga-duga datang menduga.
Memeluk punggung dan berbisik mesra
Aku yang salah di aturan pertama
Membiarkan jerat melilit diriku.

Dan duga-duga makin tergugah
Bukan hanya hitam pekat namun juga membiru
Jarak sebentar diantara kita
Tak hanya kutempuh tapi tersesat dalam sebuah praduga.

Makassar, 6/26/2012 1:44:14 PM

Sunday 24 June 2012

Dosa Malam


Malam...

Kau desahkan rayu hinamu di kuping kanan,

Hingga nafas mendesah panjang.

Menjilati perlahan pori-pori kulit,

Meneruskan nafsu cumbu dalam dekapan.

Malam,

Kau getarkan dinding-dinding kelamin,

Dalam runtuhan surga firdaus di suatu kisah lama.

Dan kini, dosa…

Menghempas dibilik indahnya neraka,

Melahirkan darah dan daging.

Dibalutan kesalahan.

Dalam genggaman dosa malam.

Friday 15 June 2012

Kunjungan Penulis Ke SOKOLA

Kunjungan Penulis Ke SOKOLA
Sederhana
Bukan berarti biasa
Karena ada keinginan yang luar biasa
Membara masing-masing ditiap mereka.

***

Kali ini penulis muda, Rini Maya yang berasal dari Manokwari dan Uthaya Sankar yang merupakan penulis berbakat dari Negara Tentangga, Malaysia, dicoba untuk melihat secara langsung salah satu sisi kelam dari kota Makassar dibidang pendidikan. Mereka di ajak bergaul secara nyata dan dekat dengan sekelompok anak-anak kecil yang berusia sekitar 5 sampai 6 tahun di wilayah Mariso, daerah pesisir Pantai Kota Makassar, dengan tingkat illiteracy yang terbilang sangat tinggi. Hal ini memberikan kesan kontraks dengan daerah disekitar Tanjung Bunga yang terkenal sebagai salah satu kawasan elit di Kota Makassar.

Sokola merupakan suatu wadah bagi siapa saja yang ingin berbagi ilmu dan keterampilan yang mereka miliki dengan anak pribumi yang buta aksara. Sokola  yang dicetus oleh Butet Mannurung dengan berangkat dari misi awal yaitu mengajarkan anak-anak dan warga sekitar yang masih buta aksara untuk bisa membaca dan menulis serta keterampilan lain yang kelak sebagai bekal masa depan mereka.
 
Sesampai di Sekola, kami disambut dengan keceriaan anak-anak yang sedang belajar meski ada beberapa tangis-tawa diantara mereka. Ini merupakan hal yang sangat luar biasa dan entah mengapa merupakan pengalaman berharga. Saya dan penulis mencoba mengakrabkan diri dengan perkenalan seadanya dan dilanjutkan dengan bernyanyi ria bersama mereka. Mulai dari lagu “balon”, “jempol” hingga lagu “head, shoulder and toe” sambil bergoyang-goyang mengikuti mereka meragakan gaya lagu tersebut. Sesekali kami tertawa melihat tingkah kekonyolan  dan polos mereka dan tentu saja juga menertawakan diri kami sendiri.
Lelah dengan suguhan nyanyian, penulis mencoba menghibur mereka yang mulai kebosanan dengan mencoba membacakan beberapa dogeng lokal. Alhasil mereka antusias menyimak dengan bergegas duduk rapi dan mendengarkan dengan  seksama cerita yang dibawakan oleh Uthaya dan Maya. Tak terasa pelajaraan telah selesai untuk hari ini dan jam pun menunjukkan saatnya untuk waktu pulang ke rumah. Mereka berdoa dan bersalaman pamit untuk pulang ke rumah masing-masing.

Setelah itu kami mecoba menggelar diskusi kecil-kecilan untuk para guru Sokola dan mencoba untuk saling membagi pengalaman dalam mengajar.

***

Berikut kesimpulan dari diskusi singkat kami dengan para pengajar Sokola Mariso:

Sokola sekarang memiliki lima tenaga pengajar, dua guru IT dan tiga guru remaja Bahasa Inggris dan Komputer. Kendala yang dihadapi memang terkadang cukup sulit seperti adanya faktor dari orang tua yang kerja atau begadang sehingga tidak sempat mengantar anaknya ke Sokola, dan hal ini dapat memicu anak menjadi malas datang belajar. Terkadang pula adaptasi anak-anak yang baru masuk, yang sangat susah diatur serta selalu menangis mencari orang tuanya. Namun masalah yang paling disayangkan ketika beberapa orang tua diantara mereka yang memutuskan untuk bercerai. Membuat mereka harus kehilangan murid karena otomatis muridnya harus memilih mengikuti ayah atau ibunya. Namun kendala-kendala itu menjadi semangat bagi mereka untuk tetap mengajar. Terkadang pula mereka menemukan kasus disleksia pada beberapa murid sehingga mereka harus memberika pendekatan personal dan sabar dalam menghadapinya. 

Sama halnya dengan Sekolah pada umumnya, Sokola juga memulai jam pelajaran dari pukul 07.00 hingga pukul 10.30 dengan aneka pelajaran seperti menggambar, membaca, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab di hari Jumat. Biasanya penerimaan siswa baru dibuka pada bulan Juli. Hal yang yang tidak biasa dari Sokola, ia menerapkan sistem teacher living maksudnya tenaga pengajar akan tinggal di Sokola selama 24 jam sehingga memberikan akses luas kepada masyarakat yang ingin belajar dan konsultasi tentang pelajaran. Progress murid akan di sharing bersama terhadap guru lainnya, sehingga mereka akaan mendapatkan bekal bagaimana cara menghadapi anak tersebut kelak serta seluruh guru akan dilibatkan dalam proses belajar-mengajar sebagai interaksi awal mereka jadi ketika guru yang satu berhalangan, murid tidak akan merasa canggung diajar oleh guru yang lainnya.

Ada beberapa cerita yang lucu yang pernah dialami oleh para pengajar di Sokola, salah satunya mereka terkadang mendapati beberapa anak-anak yang saking semangatnya belajar terpaksa tidak sempat mandi datang ke Sokola dikarenakan pula oleh kurangnya perhatian orang tua yang sibuk bekerja dan begadang. Seharusnya hal ini menjadi cambuk bagi para orang tua agar lebih memperhatikan anak mereka namun disayangka pula banyak kasus yang ditemukan ternyata orang tua murid juga mengalami buta huruf. Tragis, dunia pendidikan di Indonesia seolah menjelma menjadi barang yang mahal dan langka tidak seperti yang dielukkan oleh pemerintah kita. Semoga kedepannya dunia pendidikan kita bisa lebih baik lagi. Amin.

 “Pengetahuan bukanlah hal eksklusif bagi saya, selama kau memiliki kata, dan pulpen maka ‘Make own your story’” –Maya- 

***

Sekedar Info:

Sekarang ini Sokola butuh uluran tangan kita semua agar mereka tidak sampai gulung tikar dan memutus impian anak-anak kurang beruntung di pesisir pantai kota Makassar itu. Sokola butuh dana untuk pindah ke tempat yang baru, tempat yang mungkin akan lebih bisa membuat mereka tenang.
Bagi anda yang berniat untuk mengulurkan tangan, ada banyak ragam cara. Di antaranya :

Memberikan donasi sukarela kepada mereka melalui akun :
BNI Cab. Mattoangin,
a.n. Andi Sulfiani qq Sokola Pesisir
no. 0243682214
Menyumbangkan pakaian layak pakai anda yang nantinya akan dijual murah kepada masyarakat setempat dan hasil penjualannya akan ditabung untuk penggalangan dana sekolah mereka.
 
Sumbangan pakaian layak pakai anda bisa diberikan langsung ke alamat
  • Sokola Pesisir Mariso di Jl. Nuri lr. 300, no 131, Makassar (a.n Efi Sulfiani di  081355505895, Habibi di  081242249056 dan Imran di 082190358797)
  • Kampung Buku, Komp. CV Dewi, Jl. Abd. Dg. Sirua 192E, Makassar (a.n  Anwar Jimpe Rahman, 081342398338)
Membeli produk karya anak-anak Pesisir Mariso berupa kerajinan tangan, buku, foto, lukisan dan film. Info mengenai produk anak-anak Pesisir Mariso bisa menghubungi : Efi Sulfiani (081355505895)
Menyebarluaskan informasi ini ke sanak, kerabat, teman dan handai taulan lainnya.
Memberitahu bos, pimpinan, direksi kantor tempat anda bekerja agar diikutkan kedalam program CSR kantor anda.
Turut hadir dan berpartisipasi pada acara penggalangan dana yang pelaksanaannya akan diumumkan dalam waktu dekat.
Mari meluangkan waktu dan rejeki kita untuk membantu Sokola , agar mimpi anak-anak kurang beruntung itu bisa jadi kenyataan.

Informasi lain tentang Sekola Pesisir atau Sokola Makassar dapat diakses di : http://sekolahpesisir.wordpress.com/2012/01/15/sekolah-pesisir/

Mari berbagi, sebarkan hashtag #HelpSokolaMakassar

Makassar International Writers Festival 2012 
http://rumata-artspace.org/
Oleh: Kamaluddin Khaedar

Thursday 14 June 2012

Nyanyikan Lagumu!


Sing Your Poetry!
Ft: Fadly PADI, Omar Musa, Ng Yi Seng.
Moderator: Khrisna Pabichara dan Ardy Cambers.
 Music Facilitator: Ardy Chambers


Makassar International Writers Festival 2012 mencoba melakukan hal yang baru di dalam meramaikan perhelatan akbar di tahun keduanya ini dengan menambahkan item acara secara fresh dan menarik serta memikat masyarakat. Sing Your Poetry! Atau lebih lumrahnya dikenal sebagai ‘Nyanyikan Lagumu!’. Acara ini berlangsung di kafe Woodsy Gab, Makassar.

Acara dibuka dengan penampilan dari band lokal, debluesfresh dengan membawakan beberapa lagu yang dibuat dari puisi dan kemudian di susul Fadly sebagai penanda puncak acara dengan membawakan dua lagu hits-nya, yakni 'Tiga Titik Hitam' yang pernah ia bawakan bersama band Burgerkill dan 'Harmoni', lagu yang diciptakan rekan seband-nya, Piyu.

Selain Fadly dan beberapa band lokal, tiga musisi asal Melbourne, Australia juga tidak ingin ketinggalkan dalam memeriahkan acara ini. Nina Lim, Yana Millane, dan Omar Musa yang seorang rapper kenamaan. Ada pula violis lokal Windah Cutamora yang sempat tampil dalam mengirimi Fadly menyanyikan ‘Harmoni’ bersama Nina dan Yana. 

“Setiap cinta punya kekuatan untuk menyatukan dua hati. Musik dan puisi jika dikawinkan akan menghasilkan karya yang dahsyat” ungkap Khrisna selaku moderator. "Ini pertama kali dalam hidup saya menghadiri festival sastra yang mengawinkan seni musik dan puisi. Saya bisa mempuisikan lagu saya dan puisi saya bisa dinyanyikan. Saya bangga Makassar bisa menggelar festival penulis kelas internasional," ujar Fadly yang juga berasal dari Makassar. Meskipun dia baru tiba di Makassar hari itu juga tak menyurutkan dirinya untuk menampilkan yang terbaik.

Beberapa penyair juga ikut berpartisipasi dalam membacakan beberapa puisi-puisi mereka, seperti Khrisna Pabhicara yang mencoba puisilisasi dari lagu ‘Rapuh’ karya Padi dengan Bahasa Makassar sedangkan Anwar Jimpe Rachman mencoba mendemonstrasikan puisi pribadinya. Penyair asal Singapura, Ng Yi Seng pun ambil andil dalam kegiatan ini dengan mencoba membacakan puisi pertamanya yang berjudul ‘Dear Passenger’ yang menceritakan tentang kota kelahirannya serta dilanjutkan dengan puisi tentang sumpah yang cukup kontroversial di negaranya dengan pembacaan yang berbeda, menggunakan pulpen diselah mulutnya. Keunikan ini disambut dengan tepuk gemuruh dari para penonton yang tersentuh secara langsung. Selain puisi dan lagu ada pula interaksi dialog antara penonton dan musisi serta acara ditutup dengan persembahkan lagu dari Bonzaiband.


Makassar International Writers Festival 2012
http://rumata-artspace.org/
Oleh Kamaluddin Khaedar

Kearifan Pelacur: Akal sehat dan Orang Sehat


The wisdom of whores and HIV in Indonesia
By: Elizabeth Pisani

Elizabeth Pisani mencoba untuk menjadi bagian dari segelintir orang berusaha membuka mata batin masyarakat di dalam memahami dunia pelacuran dan HIV yang tengah terjadi dewasa ini. Dengan beribu penelitian dan data statistik yang otentik, dia mencoba membeberkan semua rahasia di balik pelacuran dan HIV itu sendiri secara gamblang.

“60% juta penduduk didunia telah gagal dalam menjalankan pencegahan HIV dan kebanyakan dari mereka berasal dari Negara Afrika” bebernya “sedangkan 20% juta kasus di luar Afrika yang di karenakan oleh penggunaan narkoba dan jual beli sex”. Hal ini memang sangat di sayangkan karena sebagian besar dari mereka masih memiliki tingkat kesadaran yang rendah dan banyaknya mafia-mafia yang mencoba mencari kentungan dari epidemik global itu sendiri.

Orang yang paling cepat terjangkiti virus HIV adalah kumpulan gay, penggunaan jarum suntik yang bergantian (narkoba) khususnya di dalam penjara, dan orang yang jual beli sex. Tingkat kasus HIV yang banyak ditemukan ada di Timur dan Selatan Afrika.

“HIV adalah virus yang sederhana dengan pencengahan yang sederhana pula”

Merujuk pada program HIV di Indonesia, malah kasus yang paling sering ditemukan adalah pertukaran jarum suntik oleh narapidana, orang yang jual beli sex (dikalangan waria, laki-laki, dan wanita), gay yang “bergaul” termaksud interaksi di dunia internet.

Tingkat penggunaan narkoba yang terjangkiti HIV sebesar 41% sedangkan waria yang terjangkiti sekitar 22%. di Wamena 1:4 penjajan sex yang terkena HIV. Ini menunjukan jaringan sex di Papua mempermudah dalam penyebaran AIDS sehingga Papua tergolong daerah yang memiliki tingkat terinfeksi HIV yang tinggi dibandingkan bagian Indonesia Barat.

“Makin kaya suatu Negara, makin banyak pula HIV” tutur Eluzabeth, mengingat sex sekarang adalah sebuah komoditas modern seperti contohnya Negara Afrika.

Sebenarnya pencegahan HIV tidak lah terlalu susah dan sulit. Vaksin bisa ditemukan
Dengan pertimbang tiga hal: orang yang terinfeksi, orang yang tidak terinfeksi dan adanya pertukaran cairan antara mereka. Tiga hal pokok inilah yang dilakukan oleh para peneliti dalam menemukan dan mengembangkan vaksin HIV/AIDS namun pengobatan ini pulalah yang dapat mempertinggi jumlah orang yang terkena HIV karena beberapa dari mereka masih bisa hidup dengan bantuan obat itu.

Menurut Pisani orang yang terjangkiti HIV bersetubuh dengan orang yang tanpa HIV belum tentu terkena HIV, hal ini dikarenakan oleh tingkat keganasan virus itu sendiri.

Cara pencegaahan HIV

1.      Narkoba
Dengan penyesterilan jarum dan syringe program
Data menunjukkan di New York tingkat kasus HIV melalui jarum suntik sebesar 54% dan sekarang menjadi 13% karena tingkat kesadaran akan jarum suntik yang steril sedaangkan di Indonesia sendiri khususnya Jakarta sekitar 0% menjadi 55% ini menandakan rendahnya kesadaran masyarakat akan penggunaan jarum suntik yang steril sehingga bisa disimpulkan adanya sistem pertukaran jarum disini.

2.      Sex komersial
·         Penggunaan Kondom
·         STI screening dan pengobatan
·         Norma, discourage clients from buying
·         Norma, “Empower” sex comersial

Statistika menunjukkan 2/3 dari penjaja sex di Indonesia tidak menggunakan kondom sedangkan dana pencegahan dari pemerintah dikucurkan sebesar 720 Milyar. Ini menandakan efektifitas secara teknik saja tidak cukup.

Hal sebenarnya yang sangat penting dalam pencegahan HIV/AIDS adalah mempedulikan kepentingan para klien lebih efektif dari sekedar penyuluhan.

Di lapangan komersialisasi sex menggambarkan penggunaan kondom tidak berjalan efektif dikarenakan oleh tiga faktor yaitu:
·         Adanya klien tidak ingin menggunakannya
·         Mereka percaya klien bersih
·         Tidak pernah negosiasi

Estimasi kasus yang mengidap AIDS di tahun 2011 sekitar 21.000 kasus sedangkan yang meninggal sekitar kurang dari 2.000 orang dan kasus orang yang terluka dalam kecelakaan sekitar 350.000 kasus sedangkan estimasi orang yang meninggal karena kecelakaan diperkirakan 32.000 orang. Anggaran HIV di tahun 2011 sekitar 783 milyar dan anggaran kesehatan jalan sama dengan nol, nihil sama sekali. 

Makassar International Writers Festival 2012 
http://rumata-artspace.org/ 
Oleh Kamaluddin Khaedar

Tuesday 12 June 2012

Makassar International Writers Festival 2012

Mendadak Menjadi Volunteer

 

 

Ini berawal dari sms aneh seorang teman, Imut, yang menanyakan tentang alamat e-mailku. Awalnya aku berpikir tentang “job” walaupun dengan embel volunteer di dalamnya, namun entah mengapa tak jua mengurangi niatku untuk membalasnya dengan sigap. Kaka_he3x@yahoo.co.id  langsung  muncul “pesan terkirim” dilayar monochrome hapeku. Ternyata dia yang dimandatkan Uthie untuk bertugas mendaftar e-mail kami, bukan karena kenapa tapi hanya dia yang sempat online disaat kami suntuk sama aktifitas yang menumpuk akhir-akhir ini.

Selang beberapa hari. Mungkin dikarenakan hapeku hilang dikala aku pergi buru-buru, membuatku pesimis mendapatkan panggilan dari event menulis berskala internasional, MIWF 2012 itu. Tiba-tiba Uthie, salah satu sahabatku, di waktu senggam yang tak pas, berseru, “Ndak dapatko telpon dari panitia Makassar International?”Aku, jibs dan imut yang kebetulan duduk di dekatnya tepat depan kamar kos yang telah dibaptis sebagai markas kami, serentak membalas, “ndak” ditemani kepala yang digelengkan dan suara yang menggantung diakhir kata.

Esoknya, Uthie mendapat sms untuk rapat di BaKti jam 12 siang tapi berlawan dengan sms Jibs yang di suruh merapat di Benteng Rotterdam jam 3 sore. Uthie mencoba membujuk kami untuk ikut namun hanya aku yang bebas, Imut sibuk untuk ujian dan kuliahnya sementara Jibs harus mengurus tanda tangan pembimbing skripsi untuk dikumpul segera. Dua petanda gugur, duanya lagi makin bertaji.

Berangkat dengan niat memperbanyak pengalaman, aku dan Uthie memantapkan tujuan untuk tetap bergabung di MIWF ini. Karena biasanya kami saling mempengaruhi seperti halnya mood, tapi tidak kali ini, untukku dan Uthie. Sesampainya di BaKti, seorang wanita berusia dua puluhan dengan jilbat coklat dan baju pink menyambut kami sambil memperkenalkan nama.

“Afdal”

“Kamal”

“Uthie”

 Setelah perkenalan yang sengaja dipersingkat, segera dia memperlihatkan kertas-kertas yang berisi schedule event dan susunan panitia. Yes! Girang diriku berasa terbang ditempatkan sebagai bagian dari media, senang bertambah lipat ketika diminta menjadi penulis laporan acara. Tentu kusanggupi dengan matang, alasannya sederhana karena aku cinta pada dunia kepenulisan dan aku termasuk orang yang suka mengamati.

Jam 3 sore kami pamit dan meluncur ke Rotterdam yang kelak menjadi kesekretariatan acara bergensi ini. Menunggu. Sepi. Jam 4 lewat. Tidak ada kejelasan. Bimbang menghampiri, manalagi publikasinya MINUS. Hape bordering petanda sms masuk. Jam 7 kumpul di Rumata’ Jln. Bontonompo No. 12A, Gunung Sari
makassar

Rapat digelar, pembagian jobdesc besok --hari pertama MIWF­­-- ditetapkan. Rapat berlangsung ringkas. Padat dan monoton. Yah! Namanya juga belum saling mengenal satu sama lain. Apalagi faktanya, ini bukan rapat perdana. Berarti aku melewatkan banyak hal termasuk garis start untuk sebuah pertemanan. Jadi beberapa dari 45 volunteers, harus diam-diaman dan menimpal pembicaraan seadanya.

Hasil rapat untukku: meliputi pres-rilis Makassar International Writers Festival 2012, di Djuku, Wisma Kalla. Well, sebuah awalan yang bagus sekaligus menggiurkan. Ini namanya batu loncatan, bukan? haha :)