Saturday 23 April 2011

Tulisan Kosong



Aku suka di pojok, tak terlalu menonjol dan kentara. Sama halnya hitam pekat. Pas. Seperti hidup bersama semilir angin malam yang bertiup ditemani hangatnya kobaran kayu yang berpijar—disamping menghitung bintang dan merangkainya menjadi gugusan nama. Lagi pula, tak akan ada yang mengenaliku, panggilanku kan si-yang-paling-gila, suka imajinasi dan tersenyum 100 watt. Hmm...untuk apa juga mereka sudi menghampiriku, mengajak bersua, duduk menyeruput kopi atau sekedar bermain gunyonan berbalas-balasan.

Apa mereka mengasihaniku? Yang kini tanpa teman, sahabat, apalagi sanak saudara. Entalah, yang kutahu aku bahagia—bukan tanpa beban atau masalah, tapi hidup itu memang indah. Tengok! Suara riak air, kicauan burung dan desahan pepohohan yang berbisik—melampaui luar biasanya suara komposisi orchestra apapun. Belum, itu belum seberapa indah, ketika kau berdiri di atas bukit dan menatap fajar yang tersipu malu menyingsing kemudian menghamburkan warna merah-orange-kekuningannya. Kau lihat, dibaliknya awan bermain kejar-kejaran diatas kanvas langit, membentuk gugusan diluar nalarmu. “Melebihi lukisan termasyur sekali pun yang pernah dibuat,” kau kemudian berguman.

Sekarang kau menyadarinya. Aku hanya orang biasa yang memiliki hal luar biasa. Ya, aku tahu tiap manusia punya. Tapi mereka selalu mengabaikannya. Benarkan? Ah, bagaimana denganmu? Mengikuti jejak mereka? Semoga tidak.

Aku suka merangkai kata. Katakukatakukukataktaku. Lucu. Indah. Unik, bukan?. Bermula dari kata menjadi sebuah kalimat sama halnya tulisan ini. Awalanya hanya keisengan belaka kini menjadi sebuah tulisan kosongku. Hey, Aku tak terjenuhkan. Aku cuma butuh istirahat untuk mengisi tenaga dan ideku, tentunya.

Sepertinya kau mulai lelah. Sesekali kau menguap menahan ngantuk. Di sudut matamu ada genangan air, isyarat “aku lelah”. Beberapa kali pula matamu jatuh tertutup. Padahal ceritaku masih panjang. Esok, kita lanjut saja. Saatnya kau terlelap dalam mimpi dan diriku belajar merangkai cerita untuk kita.


Makassar, 4/22/2011 12:46:40 PM

2 comments:

Nirwana Bachtiar said...

hitam pekat diriku kah yang kau maksud?
jika iya..
kamcuuuuuuuuut, darimana kau tau aku sangat menyenangi posisi pojok?
hmmmm, biar sedikit kutambahkan alasan mengapa pojok selalu menjadi tempat favoritku..
disana, kau tentu bisa melihat seisi ruangan, dan yakin mereka pasti mengabaikanmu, lebih aman untuk selingan cela dan caci :p
kedua, tengah terlalu memuakkan. membuat banyak orang mengelukan munafiknya padamu.

tetaplah berada di pojok, menemaniku maccalla :p

Kamal said...

well, jujur banyak persamaan diantara kita...hahaha
mungkin tidak pernah kau rasakan.
tapi aku selalu tahu loh.
sama halnya masalah "pojok" dan itulah alasan mengapa saya membubuhi namamu, Hitam Pekat di tukisan kosong ini.