Rasanya sudah lama aku ingin
menulis ini untukmu,sayang. Sebuah puisi sederhana yang ku ibaratkan jembatan
antara jarak diantara kita. Semoga kau tahu perasaanku. Dan aku menunggumu
tersandung kemudian berteriak: “aku pulang!” dengan senyuman.
Ku duga duga hitam pekatmu
Untuk nirwana
Aku merindu masa lampau jauh
hari,
Ketika bayangmu bertautan
meminta ditengok.
Pada rintihan yang sempat kau maki,
dilolongan anjing terbuang sore
itu.
Sembari sesekali kutuk--mengutuk
bersusulan tuk terkasih.
Meski diakhiri ujung tawa bahak yang
bergemuruh riuh.
Aku berpikir pertemuan hanyalah
cerita gantung tanpa jeda
seperti kapas-kapas putih di
atas gerai kanvas biru yang lebar.
berarak perlahan, sedikit dan merangkul diawal dan akhiran
hingga dipenghujung titik, sulit
bagimu menebak kisahnya
itu dulu, dikala masa mengenalmu
dahulu.
kini duga-duga datang menduga.
Memeluk punggung dan berbisik
mesra
Aku yang salah di aturan pertama
Membiarkan jerat melilit diriku.
Dan duga-duga makin tergugah
Bukan hanya hitam pekat namun
juga membiru
Jarak sebentar diantara kita
Tak hanya kutempuh tapi tersesat
dalam sebuah praduga.
Makassar, 6/26/2012 1:44:14 PM